Wanita Ini Digiring ke Luar Pesawat Karena Diabetes dan Berkeringat
Helen Taylor, wanita berusia 56 tahun dari Durham di area dalam Inggris, mengaku dikeluarkan dari pada Senin, (2/10) dikarenakan tubuhnya yang tersebut digunakan berkeringat.
Ia bersama suaminya berencana untuk liburan singkat ke Roma serta sudah dijadwalkan terbang pada 2 Oktober 2023 menggunakan maskapai Jet2 dari Bandara Internasional Newcastle.
Pasangan ini sudah mengeluarkan dana $3.500 atau sekitar hampir Rp55 jt untuk perjalanan mereka.
Saat mengatakan akan pergi ke toilet, Helen tidaklah dipermasalahkan apa pun. Namun, ketika keluar toilet, ia berkeringat kemudian mengaku sedikit pusing.
Helen diketahui sedang mengalami menopause juga menderita diabetes tipe 2. Kondisi ia ungkapkan ketika pramugari menanyakan keadaannya.
“Pramugari melihat lalu juga bertanya, ‘Apakah kamu baik-baik saja?’ lalu juga saya berkata, ‘Saya baik-baik saja, saya baru hanya sekali makan setelah tiada makan sepanjang hari lalu saya menderita diabetes tipe 2, jadi ini hanya sekali sekali peningkatan kadar gula darah saya,” kata Helen kepada Chronicle Live.
“Yang saya butuhkan hanyalah duduk dan juga juga minum air juga saya akan baik-baik saja,” tambahnya.
Selain itu, ia menyampaikan kepada pramugari bahwa ia juga mengalami menopause yang digunakan digunakan membuatnya berkeringat, lalu dua menit kemudian keringatnya bercucuran seperti hujan.
Helen mengatakan bahwa pramugari kemudian kembali juga berkata bahwa pihak maskapai harus melakukan pemeriksaan medis padanya sambil menanyakan nama juga kondisi Helen.
Pramugari itu kembali setelah 10 menit lalu memohonkan Helen untuk turun dari pesawat oleh sebab itu dianggap berisiko untuk terbang.
“Saya berkata, ‘Kenapa dengan menderita diabetes? Apakah saya terlihat sakit sekarang?,” tanya Helen. Pramugari pun menegaskannya kembali untuk tidaklah ada melanjutkan terbang.
Ia kemudian pergi menemui kapten pesawat yang mana menurutnya kapten itu terlihat setuju bahwa ia terlihat sehat. Akan tetapi, kapten itu juga menyetujui kru pesawat untuk membimbing ia serta juga suaminya turun dari pesawat.
Pasangan itu mengatakan bahwa merekan “digiring melewati bandara” lalu diminta mengembalikan pembelian bebas bea, juga menjalani interogasi oleh Pengawas Perbatasan. Lalu harus mengambil koper juga pulang menggunakan Uber.
Gagalnya keberangkatan ini juga menciptakan merek itu harus menghubungi hotel juga transportasi yang mana digunakan dipesan sebelumnya untuk mengabarkan bahwa merekan batal datang.
“Saya belum pernah mendengar sesuatu yang mana yang begitu konyol dalam hidup saya,” kata Helen. Saya tidaklah ada percaya bagaimana kami diperlakukan. Benar-benar gila. Mereka tak dapat melakukan ini terhadap orang lain,” kata Helen.
Helen, yang tersebut bekerja sebagai guru kesehatan juga perhatikan sosial, mempertanyakan mengapa tak ada bantuan medis atau bantuan mobilitas yang dimaksud diberikan saat turun dari pesawat jika dia dinyatakan tak layak untuk terbang?
“Mereka mengambil keputusan berdasarkan bukti yang digunakan digunakan tiada berdasar lantaran merek bukan dokter. Mereka tak ada memberikan bantuan medis atau mobilitas apa pun saat turun dari pesawat, pada landasan, atau melewati bandara. Atau bantuan apa pun terkait tas. Dan saat itulah dia mengatakan saya tak layak untuk terbang,” jelas Helen.
Helen mengatakan dia sudah pernah mencoba menghubungi Jet2 beberapa kali, baik dalam bandara pada hari Senin serta pada hari-hari berikutnya untuk mengajukan keluhan lalu mendapatkan pengembalian uang sebesar £1.800.
“Perusahaan asuransi kami mengatakan merek tidak ada ada akan memberi kami apa pun dikarenakan Jet2 yang digunakan mengeluarkan kami, oleh akibat itu Jet2 yang tersebut dimaksud perlu membayar kompensasi,” ujarnya.
Helen mengaku sering terbang menggunakan Jet2 untuk liburan pendek, bahkan sudah memesan untuk program tahun depan, tetapi tiada pernah mengalami hambatan seperti yang digunakan dimaksud dialaminya itu.
“Saya ingin mengungkapkan hal ini, semoga Jet2 berpikir dua kali sebelum melakukan hal ini kepada orang lain,” ungkap Helen.
Sementara itu, pihak Jet2 mengatakan bahwa keputusan itu diambil setelah bekerja sejenis dengan spesialis penerbangan medis independen.
“Kru kami mengambil keputusan ini oleh sebab itu kesehatan, kesejahteraan, serta keselamatan pelanggan kami selalu menjadi prioritas utama kami,” ungkap juru bicara Jet2.
“Namun, setelah menyelidiki lebih lanjut lanjut lanjut sebagai prioritas mutlak, kami sudah pernah terjadi menghubungi Nona Taylor untuk memohon maaf lalu juga mengembalikan uang liburannya sebagai isyarat niat baik,” tambahnya.
Bandara Internasional Newcastle, menanggapi bahwa hal itu merupakan urusan antara maskapai kemudian penumpang.