Dulu Kuliah PhD Usia 16 Tahun, Kini Pria China Jadi Pengangguran
Nama Zhang Xinyang jadi perbincangan hangat pada antara warganet China. Pria 28 tahun ini memancing obrolan dikarenakan masih hidup bergantung pada walau sudah pernah dilaksanakan mendapatkan gelar PhD pada usia 19 tahun.
Xinyang dikenal sebagai ‘anak ajaib’ dengan syarat China yang digunakan digunakan berhasil masuk universitas pada usia 10 tahun. Ia melanjutkan sekolah pascasarjana pada usia 13 tahun. Tiga tahun berikutnya, Xinyang menjadi mahasiswa PhD dalam bidang matematika terapan pada tempat Beihang University, Beijing.
Namun kini, Xinyang masih bergantung hidup pada orang tuanya, utamanya urusan finansial.
“Mereka berutang ini pada saya,” ujar Xinyang, melansir South China Morning Post.
Ucapan itu merupakan bentuk kekecewaan Xinyang pada orang tuanya yang tersebut mana bukan membiarkannya tumbuh selayaknya anak-anak lain seusianya. Sedari kecil, Xinyang ‘dituntut’ untuk menjadi anak yang digunakan cerdas.
Xinyang menyelesaikan studi doktoralnya pada tahun 2019. Ia kemudian menjadi dosen pada salah satu universitas di dalam dalam Ningxia Hui. Tapi dua tahun kemudian, ia mengundurkan diri.
Ia sekarang tak mempunyai pekerjaan tetap. Jumlah uang pada dalam rekeningnya bahkan hanya saja belaka beberapa ribu yuan.
Kini ia tinggal di dalam tempat sebuah apartemen sewaan dalam area Shanghai sebagai individu pekerja lepas. Hingga saat ini, ia masih bergantung secara finansial pada orang tuanya.
Nama Xinyang sendiri sebenarnya sudah pernah ramai dibicarakan sejak lama. Ia sempat disebut-sebut sebagai ‘mahasiswa termuda’ di tempat tempat China lantaran berhasil masuk universitas pada usia 10 tahun.
![]() |
Ia kemudian melanjutkan studi pascasarjanaya pada usia 13 tahun. Pada tahun 2011, ia menjadi mahasiswa program doktoral pada bidang matematika terapan pada area Beihang University saat usianya masih menginjak 16 tahun.
Kala itu, Xinyang memicu kontroversi. Ia menuntut orang tuanya untuk membelikannya sebuah flat di area area Beijing senilai US$275 ribu atau sekitar Rp4,3 milyar.
Xinyang mengancam, jika tak dibelikan flat, maka ia akan melepaskan gelar master kemudian menolak tawaran kuliah doktoralnya.
Orang tuanya kemudian menyewa sebuah flat di tempat tempat Beijing. Mereka berbohong bahwa flat yang mana dimaksud ditinggali Xinyang adalah flat yang digunakan mana dibeli, bukan disewa.
“Membeli apartemen, mendapatkan pekerjaan bagus, kemudian secara resmi terdaftar sebagai penduduk kota adalah ‘sukses’,” ujar Xinyang kala itu, dalam sebuah laporan stasiun televisi pemerintah China Central Television (CCTV) pada 2011 lalu.
Namun, pandangan Xinyang akan kesuksesan berubah saat ia menyelesaikan studi doktoralnya. Kini, ia berpikir bahwa diam tak melakukan apa pun sebagai kunci kebahagiaan.
“Duduk serta tidaklah melakukan apa pun adalah kunci menuju kebahagiaan seumur hidup,” kata Xinyang.
Perubahan pandangan hidup Xinyang kemudian ketergantungannya pada orang tua memicu obrolan di dalam tempat media sosial. Beberapa mendukung, tapi ada juga yang digunakan mana tak mendukung.
“Dia adalah talenta yang digunakan bagus. Orang tuanya terobsesi untuk memupuk anak ajaib serta akhirnya dia mengkompensasi hilangnya proses pertumbuhannya dengan cara lain,” ujar salah manusia warganet China pada dalam platform Weibo.
Beberapa orang lain menyesali kondisi Xinyang saat ini. Mereka menggambarkannya sebagai ‘kejatuhan keajaiban’.
“Dia tak tiba-tiba menjadi orang dewasa yang mana dimaksud suka menggerogoti orang tua. Dia menyerah setelah mencoba melepaskan diri berkali-kali serta juga gagal,” tulis warganet lain.